Kendali – Perkumpulan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa (PKPM) Nuku Yogyakarta menggelar Dialog Publik bertajuk “Sultan Zainal Abidin Syah dalam Sejarah NKRI” sebagai upaya memperkuat dukungan publik atas penganugerahan gelar Pahlawan Nasional bagi Sultan Zainal Abidin Syah, Sultan Tidore yang berjasa besar mempertahankan kedaulatan bangsa.
Dialog menghadirkan Drs. H. Yakub Husain, M.Si., Sejarawan Unkhair Irfan Ahmad, serta Teguh Barakati, alumni PKPM Nuku. Sejarawan Irfan Ahmad menekankan sikap tegas Sultan Zainal Abidin Syah yang menolak tawaran Belanda memisahkan Irian Barat dari Indonesia. Dalam Konferensi Meja Bundar, Sultan dengan lantang menegaskan bahwa “Irian Barat merupakan bagian sah dari Kesultanan Tidore” dan menolak hasil KMB yang menyerahkan wilayah itu kepada Belanda.
Atas integritas perjuangannya, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Gubernur Papua Barat. Pengakuan berlanjut pada masa Presiden Soeharto yang juga menempatkan beliau sebagai tokoh kunci dalam sejarah integrasi Papua.
Yakub Husain menegaskan bahwa perjuangan ini harus mendapat penghargaan negara. “Kalau pengusulan gelar butuh pendekatan politik atau biaya, maka sejatinya negara yang harus membayar mahal kepada Zainal Abidin Syah, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Generasi muda juga diminta terlibat aktif. Teguh Barakati mencontohkan pelestarian sejarah melalui media kreatif dan ruang kolaborasi. PKPM Nuku bahkan siap menggelar pameran arsip sejarah, berkolaborasi dengan Kesultanan Bacan, sekaligus menyuarakan pembebasan 11 rakyat adat Maba Sangaji sebagai bentuk konsistensi memperjuangkan keadilan sejarah.
Dialog ini menegaskan bahwa semangat nasionalisme Sultan Zainal Abidin Syah masih hidup di kalangan generasi muda Tidore, dan pengakuan sebagai Pahlawan Nasional adalah langkah penting untuk menjaga warisan sejarah bangsa.