News

Surat Terbuka Anak Wakapolres Pulau Taliabu Hebohkan Publik: Bongkar Dugaan Perselingkuhan Oknum DPRD dengan Ayahnya

244
×

Surat Terbuka Anak Wakapolres Pulau Taliabu Hebohkan Publik: Bongkar Dugaan Perselingkuhan Oknum DPRD dengan Ayahnya

Sebarkan artikel ini
Surat Terbuka Putri Wakapolres Pulau Taliabu di Postingan Feed Instagram @dinyaprilianii.Foto (kendali/tangkapan layar).

Kendali – Sebuah surat terbuka yang ditulis oleh anak Wakapolres Pulau Taliabu, Kompol Sirajuddin, yaitu Diny Apriliani Eka Putri, menggemparkan publik. Surat tersebut ditujukan kepada Ketua Umum Partai Golongan Karya sekaligus Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Diny mengungkapkan perjuangannya dalam membela ibunya yang diduga mengalami ketidakadilan akibat dugaan perselingkuhan ayahnya dengan seorang kader partai Golkar, Agriati Yulin Mus, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi II DPRD Provinsi Maluku Utara, daerah pemilihan Kabupaten Pulau Taliabu dan Kabupaten Kepulauan Sula.

Surat terbuka yang diunggah melalui postingan di feed Instagram @dinyaprilianii itu mendapatkan banyak dukungan dari warganet. Dalam suratnya, Diny menegaskan bahwa dirinya tidak akan mundur dalam memperjuangkan keadilan, meskipun telah mendapatkan tekanan dari berbagai pihak, termasuk dari keluarganya sendiri.

Berikut isi lengkap surat terbuka tersebut:

Assalamualaikum..Wr..Wb

Yth, Ketua Umum Partai Golongan Karya, Menteri ESDM, Bapak Bahlil Lahadalia.

Perkenalkan saya Diny Apriliani Eka Putri. Anak tunggal dari Wakapolres Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara, surat ini saya buat secara sadar tanpa ada paksaan dari siapapun, termasuk ibu saya sendiri.

Ibu saya sudah berulang kali minta saya take down postingan saya sebelumnya. Tapi saya dengan penuh keyakinan akan memperjuangkan hal ini hingga tuntas.

Mereka bilang saya “gila”. (sang pelakor dan bahkan ayah kandung saya sendiri). Oleh karena itu, akan saya buktikan bahwa saya memang “benar-benar gila”.

Ini semua saya lakukan, semata-mata hanya untuk membela Ibu Kandung saya, yang berulang-ulang kali sudah terzalimi. Saya bukan anak kecil lagi. Saya berhak membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Apapun konsekuensinya saya siap menerima dan jalani sesuai dengan hukum yang berlaku.

Saya percaya. Bahwa, nurani Pak Menteri sangat mencintai orang-orang kecil dan lemah seperti saya dan mama saya.

Saat ini saya sudah “diancam” oleh “sang pelakor” dan ayah kandung saya. Bahwa saya akan dilaporkan ke Mabes Polri, karena telah melakukan “pencemaran nama baik”. Menurut mereka saya sudah melanggar undang-undang ITE.

Lucu yaa… Padahal hanya sekelas anak mahasiswa semester 8. Diancam mau dilapor ke Mabes. Dalam hati saya, mungkin saya “seperkasa Sambo” hingga harus dilapor ke Mabes. 

Tahukah Pak Menteri?

Saya tidak takut dengan ancaman mereka. Sama sekali tidak takut. Kalaupun akhirnya saya dipenjara, saya akan sangat bangga, karena dipenjara akibat membela ibu kandung saya sendiri.

Saya yakin bahwa putri bapak menteri juga tidak akan tinggal diam jika berada pada posisi saya saat ini. Itu semua karena cinta seorang anak kepada Ibu. Apapun akan dilakukan untuk membela kehormatan seorang ibu.

Saya ingin melaporkan oknum kader dari partai bapak Menteri, atas nama Agriati Yulin Mus S.ked, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi II DPRD Provinsi Maluku Utara dari Fraksi Partai Golongan Karya.

Bapak Menteri… Tentu nama tersebut tidak asing bukan?

Kekuatan yang sangat besar yang menjadi lawan saya yang notabene bukan siapa-siapa. Hanya seorang mahasiswa semester 8, tapi berani speak up di media menuntut keadilan atas ibunya yang terzalimi.

Bapak Menteri pasti tahu, betapa superpower nya “marga” tersebut di Provinsi Maluku Utara kan. Saya tidka gentar. Saya sangat percaya diri. Mereka mungkin punya “backup” di bumi yang fana ini.

Saya tegaskan bahwa “backupan” saya adalah yang maha besar, pemilik langit dan buni ini. Allah akan tolong saya dan ibu saya.

Allah yang akan gerakan hati hambanya untuk menolong saya menyelesaikan masalah ini, termasuk menggerakkan hati Pak Menteri hingga pesan ini sampai dan dibaca.

Pak Menteri…

Saya sudah sangat depresi. Bahkan berkali-kali saya harus ke psikiater karena masalah keluarga ini. Puncaknya adalah beberapa hari lalu, ketika ayah saya mengunjungi saya di tempat saya kuliah (Jogja).

Ketika kami sedang makan siang “sang pelakor” dengan beraninya menelpon videocall by WA. Otomatis semua percakapan mereka saya dengarkan. Bahkan saya sempat merekam nya.

Ayah saya sudah tidak menyayangi saya lagi. Ayah saya bilang “saya gila”. Ayah saya lebih membela pelakor itu daripada anak kandungnya sendiri.

Bukti-bukti ini adalah bukti dari maha besar-Nya Allah. Bahwa bangkai busuk yang engkau sembunyikan akan tercium juga kelak.

Kami tidak mencari-cari. Allah yang menunjukkan dengan jalan-Nya sendiri. Contoh rekaman percakapan telepon itu yang sudah saya posting sebelumnya. Sang pelakor dengan bangga merekamnya sendiri, kemudian di share ke ayah saya.

Akhirnya terbuka semuanya “kisah asmara tersembunyi” ini.

Pak Menteri…

Mereka berdua pasti akan membela diri. Pasti akan mengelak. Pasti akan berbohong. Betapa cintanya mereka dengan jabatan mereka saat ini. Betapa takut kehilangan jabatan yang sudah susah payah mereka dapatkan.

Tapi sepertinya, selagi HP mereka tidak ada “instruksi” untuk direndam, tentu jejak digitalnya akan selalu ada. Bahkan “mungkin” lebih parah akan ditemukan. Dilihat dari betapa vulgarnya verbal by telepon rekaman yang sudah ditemukan itu.

Apakah pantas anggota dewan yang terhormat dari partai besar melakukan hal yang “menjijikan” itu, ketika berkomunikasi dengan lawan jenisnya? Tentu tidak. Mau mengelak, mau membela diri, silakan. Biar alam yang akan menjawab mana yang benar dan yang salah.

Saya mohon Pak Menteri.

Bantu saya dan ibu saya. kembalikan ayah saya “yang sebenarnya”.

Bukan seorang polisi lagi. Tapi figur ayah yang benar-benar “mengayomi dan melindungi”. Bukan yang “menindas dan menyakiti”. Tolong sampaikan ini ke bapak Kapolri agar ayah saya dipecat saja.

Saya sangat yakin bahwa saya dan ibu saya akan sangat menerima ayah saya yang bukan siapa-siapa. Bukan polisi. Tapi selalu ada. Selalu hadir dan selalu melindungi kami berdua.

Kami lebih memilih ayah kami bukan sebagai siapa-siapa daripada harus seperti yang kami alami sekarang ini. Tapi apakah ayah masih mau menerima kami?

Dan teruntuk “sang pelakor”, walaupun berasal dari “dinasti” pemiliki partai Golkar Maluku Utara. Tolong jangan dibela Pak. Oknum seperti ini yang menjadi “kanker” merusak partai yang bapak bangun ini.

Kami mengharapkan tindakan tegas dari DPP. Karena untuk berharap ada tindakan tegas dari DPD Maluku Utara sangat tidak mungkin Pak. Karena oknum ini “adik kakak” dengan Ketua DPD.

Tolong tindak setegas-tegasnya Pak, kami mohon…

Berikan kami keadilan. Semoga Allah menggerakkan hati bapak menteri agar mau membantu kami.

Saya berjanji kepada diri saya. Bahwa saya tidak akan berhenti sampai keadilan itu benar-benar ditegakkan.

Jika surat terbuka ini tidak sampai kepada bapak, besok saya terpaksa meninggalkan kuliah saya untuk “berdemo” sendirian di depan kantor bapak sampai bapak mau mendengarkan saya.

Sekian dari saya.

Harapan sangat besar, semoga Allah yang maha besar menggerakan hari bapak menteri untuk membantu kami.

Salam hormat dari kami. Wassalam.

***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

kendali Banner