News

Tadarus Kebudayaan: Kesenian dalam Pusaran Krisis Sosial Ekologis Maluku Utara

177
×

Tadarus Kebudayaan: Kesenian dalam Pusaran Krisis Sosial Ekologis Maluku Utara

Sebarkan artikel ini
Sejumlah mahasiswa asal Maluku Utara berkumpul dalam acara Tadarus Kebudayaan: Kesenian dalam Pusaran Krisis Sosial Ekologis Maluku Utara di Asrama Sula, Yogyakarta, Senin (10/3/2025).

Kendali – Sejumlah mahasiswa asal Maluku Utara yang tergabung dalam Komunitas Bibliophilia (Sula) berkolaborasi dengan Komunitas Kutub Oase (Galela) menggelar Tadarus Kebudayaan: Kesenian dalam Pusaran Krisis Sosial Ekologis Maluku Utara di Asrama Sula, Yogyakarta, Senin (10/3/2025). Acara ini diawali dengan diskusi, diikuti sesi musik, dan pembacaan puisi.

Dalam diskusi tersebut, Andi Taqy menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi seniman dalam menghadapi perubahan sosial dan lingkungan. Ia menegaskan bahwa seni tidak dapat dipisahkan dari realitas masyarakat. Oleh karena itu, seniman harus turun langsung ke lapangan untuk memahami persoalan yang ada. Menurutnya, masyarakat Maluku Utara sejatinya adalah masyarakat ekologis, di mana karya seni seharusnya lahir dari bentang ekologis yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun, gagasan ekologis seperti alam makulono sering kali hanya menjadi wacana tanpa terwujud dalam realitas.

Selain itu, ia mengkritik bagaimana tradisi lisan yang dahulu menjadi media penyimpanan pengetahuan kini hanya sekadar arsip tanpa kajian mendalam. Ketika tradisi ini akhirnya dikaji, sering kali justru memunculkan kritik. Ia juga menyoroti rendahnya sensitivitas seniman terhadap lingkungan dan budaya, yang berdampak pada menurunnya kualitas karya seni. Komunitas Matahati, misalnya, berupaya mendokumentasikan perubahan ekologis, tetapi di saat yang sama, nilai-nilai budaya semakin terkikis. Perspektif kritis seniman dibungkam, adat mengalami pergeseran, dan pengetahuan alami semakin hilang. Jika seniman tidak lagi menghasilkan karya yang bersifat kritis, maka yang berkembang justru literatur yang bermasalah, semakin mengisolasi budaya, serta memudarkan warisan kebudayaan ekologis para leluhur.

Diskusi ini menegaskan bahwa seni harus menjadi medium kritik sosial dan refleksi ekologis. Setelah sesi diskusi, acara dilanjutkan dengan penampilan musik, termasuk lagu-lagu Andi Taqy yang menggambarkan realitas Halmahera, seperti Togutil dan Setangkai Bunga untuk Halmahera. Di sela-sela pertunjukan musik, beberapa peserta turut membacakan puisi bertema ekologi dan ketidakadilan sosial.

Muhammad Yudis, mahasiswa asal Halmahera Timur, menambahkan bahwa krisis ekologi di Maluku Utara terjadi akibat lemahnya kebudayaan dan minimnya literasi. Kondisi ini dimanfaatkan untuk menekan masyarakat lingkar tambang Pulau Halmahera melalui propaganda pembangunan yang berujung pada konflik agraria dan kematian. Sayangnya, banyak yang masih apatis dan hanya memperjuangkan kepemilikan tanah serta uang tanpa memahami dampak eksploitasi yang lebih luas. Menurutnya, kapitalisme telah menciptakan polarisasi dalam masyarakat, memecah belah mereka ke dalam kubu pro dan kontra tanpa disadari. Oleh karena itu, kebudayaan harus menjadi kekuatan perlawanan karena di dalamnya terkandung asas, falsafah, dan seni yang dapat menjadi landasan perjuangan.

Sementara itu, Aldi Pellu, mahasiswa asal Hitu, Maluku Tengah, menegaskan bahwa karya seni seniman Maluku dan Maluku Utara saat ini harus lebih peka terhadap dampak lingkungan, sosial, dan budaya akibat aktivitas pertambangan. Seni harus menjadi alat kritik terhadap eksploitasi sumber daya alam yang merusak ekosistem, menciptakan ketimpangan sosial, serta mengangkat isu hak asasi manusia dan perjuangan komunitas lokal yang terdampak langsung oleh industri tambang.

“Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kesadaran kolektif bahwa seni bukan sekadar ekspresi estetika, tetapi juga senjata untuk melawan ketidakadilan dan mempertahankan keberlangsungan budaya serta lingkungan,” tutup Aldi Pellu, mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

kendali Banner