News

Festival Konservasi Satwa Liar Maluku Utara: Ruang Merayakan Keanekaragaman dan Penguatan Jejaring Konservasi

69
×

Festival Konservasi Satwa Liar Maluku Utara: Ruang Merayakan Keanekaragaman dan Penguatan Jejaring Konservasi

Sebarkan artikel ini
Sejumlah pengunjung dan relawan berinteraksi serta berfoto dengan maskot burung endemik Maluku Utara di pelataran Zero Point Kota Labuha. Festival ini menjadi ruang pembelajaran ekologis yang menyenangkan bagi anak-anak dan masyarakat umum. (Dok. Burung Indonesia/KOMPAS Halmahera Selatan, 11 Juli 2025).

Kendali — Suasana cerah menyambut pembukaan Festival Konservasi Satwa Liar Maluku Utara yang berlangsung di Zero Point Kota Labuha, Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Kamis (11/07/2025). Berbagai komunitas lingkungan, siswa-siswi sekolah dasar, relawan muda, dan masyarakat umum berkumpul dalam semangat yang sama: merayakan dan menjaga kekayaan keanekaragaman hayati Maluku Utara.

Festival ini diselenggarakan oleh Burung Indonesia bekerja sama dengan Komunitas Pecinta Alam Sibela (KOMPAS) Halmahera Selatan. Kegiatan akan berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 10 hingga 12 Juli 2025, sebagai bagian dari program nasional Merayakan Keberagaman Burung Indonesia (MKBI) yang digagas Burung Indonesia sejak tahun 2023.

Di tengah alun-alun kota, terlihat maskot-maskot burung endemik Maluku Utara dalam balutan kostum warna-warni menarik perhatian anak-anak dan pengunjung. Mereka bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat edukasi visual tentang pentingnya mengenali dan melindungi spesies burung khas Maluku Utara yang kini semakin terancam.

“Sejak tahun 2023, Burung Indonesia di Halmahera telah berkolaborasi dengan organisasi pemuda yang aktif dalam gerakan lingkungan hidup untuk menyelenggarakan MKBI yang digelar dalam bentuk festival,” jelas Benny Siregar, Koordinator Program Halmahera Burung Indonesia. Ia menambahkan, festival ini menggabungkan unsur advokasi, penyadartahuan, dan apresiasi terhadap penggiat lingkungan dengan tujuan utama membangun kesadaran masyarakat serta memperkuat jejaring konservasi.

Selama festival berlangsung, terdapat beragam kegiatan menarik dan edukatif, antara lain:

  • Pameran foto keanekaragaman hayati yang memperlihatkan keindahan satwa dan ekosistem khas Halmahera,

  • Kreasi mewarnai ilustrasi burung untuk anak-anak sebagai media belajar yang menyenangkan,

  • Lomba baca puisi bertema lingkungan oleh siswa-siswi sekolah dasar,

  • Talkshow interaktif bersama para pegiat konservasi dan ilmuwan lokal,

  • serta pameran organisasi kepemudaan dan komunitas lingkungan dari berbagai wilayah di Maluku Utara.

Momen penting lainnya adalah peluncuran dua film dokumenter pendek berjudul “Kicau Kosa” dan “Burung Terakhir dari Gandasuli”. Keduanya merupakan hasil produksi kolaboratif antara Burung Indonesia dan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ). Film-film ini menyoroti kisah nyata perjuangan masyarakat lokal dalam menjaga hutan dan satwa liar dari tekanan ekspansi industri ekstraktif dan perubahan tutupan lahan.

Festival ini menjadi ruang bersama untuk membangun kesadaran ekologis lintas generasi. Anak-anak diajak mengenal burung-burung lokal sejak dini, sementara generasi muda diberi ruang untuk mengekspresikan kepedulian dan inisiatif pelestarian melalui karya dan keterlibatan langsung.

Puncak acara akan ditandai dengan penganugerahan KehatiMU Award ke-3, sebuah penghargaan khusus yang diberikan kepada organisasi atau komunitas masyarakat di Maluku Utara yang telah menunjukkan kiprah, dedikasi, dan dampak nyata dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

Dengan semangat kolaboratif dan akar komunitas yang kuat, Festival Konservasi Satwa Liar Maluku Utara menjadi lebih dari sekadar perayaan tahunan. Ia adalah pengingat bahwa kekayaan alam kita bukan hanya warisan, tetapi juga tanggung jawab bersama yang harus dijaga demi masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *