Kendali- Di tengah dinamika pembangunan yang kian cepat, inovasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Dan Tidore Kepulauan, sebuah kota yang kaya sejarah dan budaya, tengah menapaki jalan panjang menuju predikat sebagai salah satu kota paling inovatif di Indonesia.
Hal itu ditegaskan oleh Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, dalam Sosialisasi Inovasi Daerah yang digelar oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida). Acara ini diikuti oleh jajaran OPD, camat, lurah, kepala desa, dan kepala puskesmas se-Kota Tidore Kepulauan di Aula Sultan Nuku, Rabu, 21 Mei 2025.
Dalam arahannya, Wali Kota menggarisbawahi bahwa inovasi adalah syarat utama kemajuan daerah. “Inovasi menjadi indikator penting dalam penilaian pemerintah pusat terhadap keseriusan daerah. Maka, ini bukan hanya tanggung jawab wali kota, tapi tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Muhammad Sinen berbicara tentang pentingnya menanamkan rasa malu dan takut dalam bekerja—bukan sebagai penghambat, melainkan pemantik kesadaran diri. Malu ketika tidak memberi hasil terbaik, takut bila tertinggal dalam persaingan inovasi. “Kalau itu tertanam dalam setiap ASN, maka semangat untuk berinovasi akan muncul dengan sendirinya,” katanya.
Ia juga mengajak seluruh unsur pemerintah, dari camat hingga kepala desa dan puskesmas, untuk tidak menjadi penonton dalam proses perubahan. “Sejahtera atau tidaknya masyarakat Tidore tergantung pada kita yang ada di pemerintahan,” ujarnya. Seruan itu bukan basa-basi, melainkan penegasan bahwa tidak akan ada perubahan tanpa keterlibatan semua pihak.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah Ismail Dukomalamo memaparkan capaian yang patut dibanggakan. Dalam lima tahun terakhir, inovasi di Kota Tidore mengalami lonjakan signifikan. Dari status “kurang inovatif”, kini menyandang predikat “sangat inovatif.” Namun Ismail mengingatkan: mempertahankan prestasi jauh lebih sulit daripada meraihnya.
“Kita punya potensi besar. Bukan hanya 200, 300 inovasi pun bisa kita capai. Tinggal bagaimana kemauan dan kerja keras kita semua,” tegasnya.
Kepala Bapperida, Saiful Bahri Latif, juga mengungkapkan bahwa Tidore adalah satu-satunya kota di Maluku Utara yang berpotensi masuk 10 besar kota terinovatif secara nasional. Saat ini tercatat 87 inovasi, terdiri dari:
43 dari OPD,
21 dari Puskesmas,
14 dari Kelurahan,
dan 9 dari Desa.
Namun, untuk benar-benar masuk jajaran 10 besar, Kota Tidore masih harus melompat lebih tinggi: minimal 200 inovasi dengan skor indeks 90,00. Sebuah target ambisius, tapi bukan mustahil.Inovasi bukan sekadar ide cemerlang. Ia harus hadir dalam bentuk nyata: sistem pelayanan publik yang lebih cepat, pelayanan kesehatan yang lebih efisien, serta birokrasi yang lebih tanggap dan transparan. Dari situlah kesejahteraan masyarakat bisa tumbuh.
Tidore tengah menunjukkan bahwa kota kecil pun bisa berpikir besar. Bukan hanya melestarikan nilai-nilai lokal dan sejarah panjangnya, tetapi juga beradaptasi dan melompat ke masa depan.
Jika semua elemen pemerintahan bergerak serentak dan konsisten, bukan tidak mungkin Tidore akan menjadi kota yang bukan hanya terinovatif di atas kertas, tapi juga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat.