Rampa-rampa

 Hotel Yamato : Sosok Mayor Daud Umar Dalam Pertanyaan ?

81
×

 Hotel Yamato : Sosok Mayor Daud Umar Dalam Pertanyaan ?

Sebarkan artikel ini
Teguh Tidore

Oleh – Teguh Tidore ( Penulis Lepas )

Jalan Tunjungan ; Barangkali Tulisan singkat saja hanya ingin memahami bagaimana sejarah bekerja, tetapi tulisan ini lahir bukan untuk memahami sejarah melainkan penulis sekedar penasaran ada apa di jalan ini.

Malam di Tunjungan sebuah pusat kota Surabaya, saya mencoba melambatkan kaki untuk menelusuri perjalanan malam, kaki-ku terhenti di sebuah hotel yang bernama Majapahit, karena penasaran saya mencoba untuk masuk dan bertanya pada penjaganya, lalu saya diberikan lah sebuah brosur dari sejarah singkat Hotel Majapahit.

Di dalam brosur tersebut tertera jelas tahun dan narasi singkat nama hotel tersebut; Jika dilihat mulanya bernama Hotel Oranje pada tahun 1910, kemudian pada tahun 1942 berganti nama Hotel Yamato, lalu pada tahun 1945 berganti nama hotel Merdeka; hingga tahun 1969 berganti nama Hotel Majapahit hingga sekarang.

Perjalanan panjang berganti nama hotel tersebut, hanyalah menjadi historis yang sudah kita temui di beberapa sejarah yang di tuliskan; poinya sebenarnya penulis hanya ingin melacak bagaimana sejarah itu tertulis.

Ketika menyebutkan nama Hotel Yamato ; Ada nama sosok Mayor Daud Umar seorang pensiun Tentara Asal Tidore, yang juga pernah hadir dalam beberapa catatan, namun tidak pernah tuliskan; Konon dalam beberapa ruang tutur, bahwa sosok Daud juga pernah merobek bendera Belanda di depan gedung hotel Yamato.

Namun ketika penulis mencoba untuk mengunjungi hotel dan mencoba pihak pengelola Hotel Majapahit- justur yang tertulis adalah nama Pemuda S.Kasman bersama sama dengan pemimpin pemuda republik Indonesia ( PRI ) Yaitu Roeslan dan Sumarsono.

Dimana pemuda kusno ( pegawai kantor kabupaten Surabaya ) dengan segala rintangan dan ancaman dari pihak Belanda maupun serdadu Jepang mampu naik ke atas lalu berbelok dan menaikannya kembali yang hanya tertinggal merah putih dalam ukuran yang tidak seimbang.

Pihak Belanda yaitu Plugman tewas tubuhnya robek-robek bekas tusukan senjata logam dan takeyari. Begitu tulisan singkat yang tertera di depan hotel Majapahit.

Meskipun demikian penulis mencoba menelusuri dengan bertanya-tanya ke keluarga cucu dari Mayor Daud Umar, hanya saja belum juga mendapatkan informasi lengkap soal sosok Mayor Daud Umar yang merobek bendera di hotel Yamato tersebut.

Namun penulis mencoba menelusuri ke mesin pencari google hanya terdapat sebuah puisi yang kuat muatan sejarahnya ; karya Sofyan Daud, dalam puisi itu tertulis; Surabaya 45 – Kalau penulis kutip di Akhir puisi tertulis “ Dia kuat. Berbulan membawa luka, Bersama Gerilyawan, lima lubang luka kian parah, perang reda, dia cacat, saat Indonesia berumur 54, dia pulang dengan 15 luka, ke Liang Lahat. 1999- dalam puisi itu juga menampakan sosok foto seorang Mayor Daud Umar.

Sebenarnya penulis hanya mencatat sebagai bagian dari pengalaman batin, pada tulis-tulisan yang justru tidak menyumbang energi terlalu banyak; dan memilih menulis cerita dari sudut kota Surabaya untuk di mendokumentasikan.

Akhirnya penulis juga memahami dan tidak begitu memaksakan bahwa apakah benar ? Sosok seorang Mayor Daud Umar yang juga bagian dari sejarah tidak tertulis atas insiden pengrobekan bendera di hotel Yamato.

Sebagai penutup penulis ingin berbagai tulisan sederhana ini sebagai bagian dari perjalanan bahwa Surabaya memang adalah kota pahlawan; akan tetapi apakah banyak sejarah pahlawan yang justru membuat saya bertanya tanya, tentang sejarah kami sendiri di timur Indonesia- sosok Daud Umar. Menjadi pertanyaan penting yang akan terus meracuni pikiran saya untuk terus bertanya-tanya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Rampa-rampa

Kendali — Saya percaya Tidore itu banyak tempat…

kendali Banner