Teguh Tidore : Penulis Lepas Penikmat Coklat Panas
kendali – Ada banyak catatan yang pernah saya tuliskan untuk seorang teman, atau lebih tepatnya seorang abang. Sosok ini, Bang Eross Kapita, adalah figur yang kuat, dengan dedikasi besar dalam membangun ruang-ruang kreatif di Kota Ternate. Setelah sekian lama mendengar banyak cerita tentangnya, hari ini menjadi momen yang tepat untuk mengabadikan kisahnya itu.
Eross bukan sekadar teman, ia adalah sosok pemimpin dalam lingkaran pertemanan kami, seorang abang yang tidak pernah lelah memberikan kontribusinya untuk komunitas. Namun, di balik semangatnya, ia pernah terluka—pengalaman cinta yang pahit sempat membayangi perjalanannya. Setelah sekian purnama mengarungi hidup, akhirnya ia menemukan pelabuhan baru, sebuah cerita cinta yang berbeda.
Saya pernah menulis tentang Eross, tetapi tulisan itu entah di mana sekarang. Tulisan itu bercerita tentang kreativitasnya dalam bermusik, perjuangannya membangun Music Corner, hingga kisah cinta yang dulu gagal. Hari ini, lembaran baru telah dimulai. Aroma bahagia itu terasa nyata, dan saya merasa perlu menuliskannya.
Eross adalah ujung tombak pergerakan komunitas di Kota Ternate. Di tangan Eross, skena musik dan event tumbuh subur dalam lima tahun terakhir. Lewat Music Corner, ia telah mendatangkan nama besar seperti Nadin Amizah, Pusakata, dan Fourtwnty ke kota ini. Tidak hanya sekadar menciptakan acara, tetapi juga membangun ruang bagi anak muda untuk berkembang lewat ekosistem yang di bangun dalam ruang Music Corner.
Saya mengenal Music Corner sejak 2015, namun baru benar-benar bergabung pada 2017 sepulang kuliah dari Yogyakarta. Dari sanalah romansa kolaborasi dimulai. Music Corner menjadi rumah bagi kreativitas, tempat anak muda belajar menyelenggarakan event yang tidak hanya menghibur, tetapi juga bermakna dan menumbuhkan ekonomi kreatif serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dimana event music corner diadakan.
Pernah suatu kali, saya bertanya pada salah satu anggota produksi Music Corner. Saya melihatnya membawa ponsel baru dan bertanya, “Dari mana dapat uang untuk membeli itu?” Ia menjawab dengan bangga, “Dari hasil event Music Corner.” Jawaban itu membuat saya tersenyum. Artinya, mereka telah menuai hasil dari kerja keras mereka.
Dalam lingkaran pertemanan, Eross selalu kami hormati sebagai abang. Umurnya jauh lebih tua dari kami, tetapi ia mampu memimpin dengan baik, meskipun kadang keras kepala. Kata-katanya sering menyentuh hati, meski tak jarang terasa tegas. Namun, niatnya selalu untuk kebaikan bersama.
Saya yakin, tanpa Eross, Music Corner mungkin tidak akan berkembang sejauh ini. Ia adalah saksi hidup bagaimana ruang kreatif ini lahir dan tumbuh. Bersama nama-nama seperti Dhana, Aldi, dan Fano.Eross menciptakan ruang kolaborasi di Kota Ternate yang tidak hanya eksis, tetapi juga saling membesarkan satu dengan yang lain.
Hari ini, saya percaya Eross telah sampai pada titik temu hidupnya. Ia telah membangun komunitas, membimbing anak-anak muda, dan kini, membagikan kisah cintanya kepada dunia. Semua pencapaiannya, jika direnungkan, adalah perjalanan spiritual—sebuah ibadah dalam bentuk kreativitas dan pengabdian.
Jika dulu lirik lagu yang ia tulis terasa pilu dalam Ruang Sesaat, hari ini, nadanya mungkin telah berubah. Tidak lagi melodi dengan kunci F #M, A, atau E, A tetapi mungkin kini berakhir dengan lirik penuh kebahagiaan. Siapa tahu, nada itu akan menjadi “Kupinang dengan Bismillah.”
Cerita ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan akar, perjalanan dari hulu ke hilir, serta bagaimana membangun kebahagiaan yang berkelanjutan. Eross telah selesai dengan ruang sesaat, dan kini ia menapaki babak baru yang lebih bermakna.
Perjalanan hidup Eross adalah inspirasi bagi kami semua. Dalam setiap pertemuan, kita akan selalu membawa cerita yang bermakna. Tidak ada yang abadi, kecuali jiwa yang mampu berdamai dengan perjalanan hidupnya. Selamat, Bang Eross, atas semua pencapaianmu. Tetaplah menjadi pelita bagi kami, adik-adikmu, di ruang kreativitas ini. Semoga (*)