News

Budaya Tidore Menggema di Titik Nol Jogja lewat Toadore FEST Vol. II ; Mahasiswa Tidore Hadirkan Rasa, Nada, dan Narasi dari Timur

7
×

Budaya Tidore Menggema di Titik Nol Jogja lewat Toadore FEST Vol. II ; Mahasiswa Tidore Hadirkan Rasa, Nada, dan Narasi dari Timur

Sebarkan artikel ini
Foto bersama Para Mahasiswa Tidore setelah kegiatan Toadore Fest Vol II. Yang di laksanakan di area monumen 1 Maret Titik nol Malioboro, Yogyakarta.

kendali – Suasana Titik Nol Kilometer Yogyakarta berubah semarak akhir pekan lalu. Perkumpulan Keluarga Pelajar Mahasiswa Nuku (PKPM Nuku) Yogyakarta sukses menggelar Toadore FEST Vol. II, sebuah festival budaya yang menghadirkan ragam ekspresi seni, kuliner, dan narasi sejarah dari Timur Indonesia, khususnya Tidore, Maluku Utara.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 25-26 di kawasan Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 ini menjadi ruang kreatif mahasiswa Tidore dalam memperkenalkan kekayaan budaya daerahnya ke panggung nasional.

Salah satu agenda utama dalam festival ini adalah lomba menggambar bertema sejarah dan budaya Kesultanan Tidore. Sebanyak 14 peserta dari 14 SMP di Daerah Istimewa Yogyakarta turut berpartisipasi. Melalui media gambar, para peserta diajak mengenal tokoh, simbol, dan nilai-nilai budaya dari tanah Tidore.

Selain itu, Toadore FEST Vol. II juga menampilkan pameran UMKM lokal dan nasional, serta pameran arsip sejarah budaya Tidore dan Maluku Utara yang menarik minat banyak pengunjung.

Dalam sambutan pembukaan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Sosial, Budaya, dan Kemasyarakatan, Dr. Didik Wardaya, SE., M.Pd., menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.

“Keberagaman budaya adalah identitas bangsa yang harus kita jaga di era modern. Yogyakarta menjadi titik sentral interaksi budaya dari seluruh Indonesia. Kehadiran Toadore Festival menjadi representasi nyata jejak, rasa, dan nada dari Timur. Pemerintah DIY mendukung kolaborasi budaya antara Tidore dan Yogyakarta,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Tidore Kepulauan, yang diwakili Asisten Sekda Bidang Pemerintahan dan Kesra, Dr. Syofyan Saraha, M.Si., turut membuka secara resmi festival ini.

“Pemerintah Kota Tidore Kepulauan mengapresiasi langkah PKPM Nuku Yogyakarta yang mampu menghadirkan ruang pertemuan lintas daerah dan memperkenalkan budaya Tidore lebih dekat kepada masyarakat luas. Kami akan mengusulkan agar Toadore FEST menjadi agenda tahunan Kota Tidore seperti Kampoeng Rameang, Marasante, dan Juanga Fest,” ujarnya.

Pada hari kedua, festival diramaikan dengan kegiatan “Oyo Bari”, yaitu makan bersama makanan tradisional Tidore seperti Sarabati, Sagu Jai, dan Kue Lapis Tidore. Acara ini dikemas dalam suasana tempo dulu dengan alas daun pisang dan tradisi makan lesehan bersama. Melalui Oyo Bari, panitia ingin menghadirkan cita rasa khas Tidore sekaligus mengenalkan nilai-nilai kebersamaan dan filosofi di balik kuliner tradisional.

Beragam penampilan seni turut memeriahkan festival, mulai dari tarian daerah, musik tradisional, puisi, hingga teatrikal budaya. Penampil berasal dari berbagai ikatan mahasiswa daerah seperti IKPM Buru Selatan, IKPM Kota Ternate, IPMARAM, IKPM Ambon, IKPM Halmahera Timur, IKAMI Sulawesi Selatan, hingga Sanggar Kie Se Kolano dari Maluku Utara.

Ketua Panitia Furqan Rivhay Rahman menyampaikan bahwa perjalanan enam bulan persiapan Toadore FEST diwarnai banyak tantangan, terutama soal pendanaan. Namun semangat kolektif panitia menjadi kunci keberhasilan acara.

“Walau banyak keterbatasan, kami yakin niat baik selalu bermuara pada hasil baik. Festival ini adalah wujud cinta kami terhadap budaya, sekaligus bukti bahwa masa depan Tidore ada di tangan anak muda,” ujarnya.

Sementara Ketua Umum PKPM Nuku Yogyakarta, Afdan Abdullatif, dalam sambutannya menegaskan bahwa Toadore FEST juga menjadi momentum untuk mendukung proses pengesahan Sultan Zainal Abidin Syah sebagai Pahlawan Nasional oleh Kementerian Sosial RI.

“Melalui festival ini, kami juga merekomendasikan beberapa warisan budaya tak benda seperti Hula Keta/Sagu Jai, Lapis Tidore, dan Sarabati kepada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Semoga langkah kecil kami di Yogyakarta menjadi doa panjang bagi kebudayaan Tidore dan Indonesia. Karena menjaga budaya berarti menjaga doa leluhur,” tutupnya.

Festival yang ditutup dengan penampilan musik dan foto bersama ini meninggalkan kesan mendalam bagi pengunjung. Toadore FEST Vol. II bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga jembatan persaudaraan antara Timur dan Jawa — antara Tidore dan Yogyakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *