Kendali- Insiden rasisme mencoreng panasnya laga papan atas Liga 1 antara Malut United melawan Persib Bandung yang berlangsung di Stadion Gelora Kie Raha, Kamis (2/5/2025). Malut United sukses menunda pesta juara Persib setelah menang tipis 1-0, namun kemenangan tersebut dibayangi perilaku sejumlah oknum suporter Persib yang tidak sportif.
Usai pertandingan, gelombang ujaran rasis menyerbu akun Instagram milik pemain Malut United, Yakob Sayuri dan Yance Sayuri. Komentar bernada hinaan terhadap fisik dan ras bermunculan di kolom komentar serta pesan langsung (DM), yang memicu kemarahan netizen dan pemerhati sepak bola nasional.
Meski pihak klub Malut United belum mengeluarkan pernyataan resmi, tekanan publik terhadap operator liga, PT Liga Indonesia Baru (LIB), dan manajemen Persib Bandung untuk menindak tegas pelaku rasisme terus menguat.
Sebagai respons, perwakilan suporter Malut United, Curva South Wall (CSW), bersama kelompok suporter Persib, Viking Persib Club, mengadakan pertemuan untuk membahas isu tersebut. Pertemuan berlangsung di Hotel Muara Inn, Kelurahan Kampung Pisang, Kecamatan Ternate Tengah, Maluku Utara, pada Sabtu (3/5/2025).
Dalam unggahan di media sosial, Herwan Adam, anggota CSW, menyampaikan bahwa hasil pertemuan tersebut melahirkan beberapa poin penting:
Pihak Viking akan mengeluarkan imbauan resmi kepada anggotanya serta membuka hasil investigasi internal terhadap akun yang terlibat dalam ujaran rasis.
Yakob dan Yance Sayuri disarankan melayangkan somasi atau teguran hukum kepada para pelaku, dengan tenggat waktu yang telah disepakati.
“Pada intinya, perlakuan rasis tidak dibenarkan dalam hal apa pun, terutama dalam dunia sepak bola. CSW mengutuk keras tindakan oknum pelaku rasis tersebut,” tulis Herwan.
Beberapa jam kemudian, saran tersebut direspons oleh Yakob dan Yance dengan menyatakan akan melayangkan somasi resmi dan teguran keras kepada para pelaku. Sikap ini disampaikan melalui akun resmi Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), @appi.official, pada Sabtu (3/5/2025).
“Kami sering kali mendapatkan ucapan dan tindakan rasis. Semakin ke sini, semakin parah, bahkan mereka mulai membawa-bawa anak dan keluarga kami,” bunyi pernyataan tersebut.
Kasus ini kembali menambah daftar panjang insiden intoleransi dan rasisme di dunia sepak bola Indonesia. Praktik diskriminatif semacam ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi federasi sepak bola nasional, klub, dan seluruh elemen suporter untuk menciptakan atmosfer pertandingan yang inklusif, adil, dan bebas dari kebencian.