kendali — Album Rumah Pohon milik Treeshome bukan hanya bicara soal musik—tapi juga visual. Sampul albumnya bukan sekadar gambar, tapi karya penuh filosofi yang lahir dari tangan dingin perempuan berdarah Ternate, Shahnaz Salsabilah.
Perempuan yang akrab disapa Anaz ini menyulap seluruh rasa, cerita, dan warna dari 9 trek lagu Treeshome menjadi satu visual artwork yang sarat makna. “Setiap lagu punya napasnya sendiri, dan saya berusaha merangkumnya dalam satu frame yang utuh,” ujar alumni Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang ini saat dihubungi, Rabu (23/4/2025).
Artwork Rumah Pohon menggambarkan bahwa rumah bukan hanya tempat, tapi rasa. Bisa sosok, bisa suasana. Di karyanya, Anaz menampilkan sosok putih bercahaya di depan pohon besar, dengan empat garis putih—yang merepresentasikan asal-usul Treeshome: Maluku Utara dengan empat kesultanan. Garis ini juga bisa dimaknai sebagai atap rumah, simbol pelindung.
“Sosok bercahaya itu saya artikan sebagai ibu, dan atap itu adalah ayah. Tanpa salah satu dari keduanya, rumah tidak akan pernah lengkap,” jelas Anaz.
Tak berhenti di situ, ia juga menyisipkan warna-warna simbolik yang mewakili tiap lagu. Dalam setiap warna yang digunakan bukan sekadar estetika—melainkan representasi emosional dari tiap lagu. Merah menyala dari matahari menjadi simbol lagu Mantra Kabata, memancarkan nuansa magis yang kuat. Sementara oranye lembut menyerupai senja mewakili Senja Tak Bernyawa, lagu yang menyuarakan kehilangan dengan cara yang pelan namun menusuk.

Sementara Warna kuning hangat di langit menggambarkan semangat dalam Riang Kita, sedang biru laut yang dalam mencerminkan kedalaman rindu dalam Rindu Beradu. Pohon dengan warna coklat pekat menjadi metafora dari Suara Tanah Rempah, yang menyuarakan akar dan tanah tempat berpijak. Putih yang bersih dan hening mewakili Jejak Tapak, sebagai simbol perjalanan dan keikhlasan yang tak selalu bisa diucap. Dan akhirnya, laut luas yang terbentang menjadi visualisasi dari Ruang Sesaat, menciptakan bayangan akan kesementaraan yang tenang, namun penuh makna.
Anaz menambahkan bahwa karya ini bukan sekadar hasil tugas desain—tapi bagian dari refleksi personal.“Saya ikut dari awal proses album ini, ikut jatuh bangunnya. Visual ini juga jadi refleksi diri saya. Sosok putih yang memantul di laut itu ya, mungkin itu juga saya,” ungkapnya lirih.
Artwork Rumah Pohon membuktikan satu hal: musik dan seni visual bisa berjalan beriringan, saling menguatkan, dan bersama-sama menyampaikan rasa yang tak terucap lewat kata.(*)