kendali – Penantian sembilan tahun band Treeshome tuntas, debut album mereka bertajuk Rumah Pohon resmi rilis bertepatan dengan hari bumi, pada 22 April 2025. Total sembilan track hadir menyapa para pendengar.
“Ya kami butuh waktu 9 tahun untuk wujudkan mimpi album pertama kami. Karena sebenarnya Treeshome ini band yang berbasis di komunitas Music Corner, selain bermusik kami juga disibukkan mengurus event musik untuk menghidupkan skena musik di kawasan Maluku Utara, khususnya Kota Ternate,” ujar Erros, vokalis Tresshome.
Band Treeshome berdiri pada 2016 di tanah Maluku Utara. Sempat beberapa kali bongkar pasang personil, kini beranggotakan Erros (vokalis dan gitaris), Aldi (Gitaris), Fano (Bassist), Dana (drumer), Zilan dan Mega (backing vocal), serta Teguh (musikalisasi puisi).
Dalam sembilan tahun berkarier, Treeshome sudah kerap menghiasi panggung-panggung besar musik nasional, seperti Soundrenaline 2019, Prambanan Jazz 2023, Musik Hutan dan Rock In Celebes di Makassar, dan menjadi opener konser Dewa 19 di Kota Ambon pada awal 2025 kemarin.
Album Rumah Pohon terasa spesial rilis pada hari bumi, sebab dari nama albumnya saja sudah bersinonim dengan perayaan di tanggal 22 April tersebut. Treeshome pun memiliki concern akan kondisi bumi hari ini, tertuang dalam satu nomor di album tersebut.
“Album Rumah Pohon ini memotret banyak keresahan dalam kehidupan. Ada satu track kami yang berjudul Bumi Bersuara,” terang Erros.
Erros juga menambahkan bahwa album Rumah Pohon menyajikan ragam genre seperti folk dan pop, lalu bermacam tema, dan keresahan dalam sembilan tembang yang dilempar ke pasar.
“Track pertama di awal seperti perkenalan atau mukadimah, lalu berlanjut ke Mantra Kabata, hinggar diakhiri dengan lagu Riang Kota di urutan terakhir. Kalau mendengarkan saat perjalanan, bisa dinikmati di mood apa saja, ada tentang alam, patah hati, dan untuk perenungan diri,” sambung pria asal Tidore tersebut.
Senada dengan Erros, Dana selaku drummer ikut menambahkan. “Saat rilis nanti, saya sarankan teman-teman sisihkan waktu 30-40 menitan, dengar full album ini, seperti roller coaster, naik turunnya terasa dinamikanya. Dengar full albumnya, sesuai urutan track yang diatur, dari awal sampai akhir,” tambah Dana.
Perihal makna ataupun filosofi tajuk album rumah Rumah Pohon, terwakili dalam visual artwork yang dikerjakan oleh Shaznaz Shalsabilah, ilustrator yang pernah beberapa kali menggarap artwork tembang milik musisi Pusakata.
“Rumah itu artinya untuk semua, bukan rumah pada umumnya dalam bentuk bangunan, bisa jadi rumah itu keluarga, sahabat, atau komunitas. Rumah bukan hanya bentuk fisik. Rumah itu bisa juga orang di sekitar kita, bisa saling menghidupi layaknya pohon,” tutur Aldi, gitaris Treeshome.
Rilisnya album ini menjadi kabar bahagia khususnya bagi ekosistem musik di Maluku Utara, terlebih dikerjakan dengan sepenuh hati dan dibantu oleh Capung, sosok yang berada di belakang layar karya- karya musik Pusakata.
Sehingga, karya yang dihasilkan terasa begitu hidup. Lirik dan aransemen musik saling mengisi dan mengalun indah. Latar vokal dari Mega dan Zilan bersenandung membuat deretan lagu semakin bernyawa. Begitu pula dengan musikalisasi puisi dari Teguh yang begitu menggetarkan lewat sajaknya.
“Treeshome recording mandiri, lalu Bang Capung bantu beberapa isian musiknya dan hanya menyempurnakan. Teknis rekaman lumayan cepat, karena materi sudah siap. Sebenarnya niat rekaman sudah ada sejak awal masa Covid, pada 2021. Penasehat band kami ada bang Is Pusakata, yang mendorong dan meneror kami untuk bikin album. Kata Bang Is, kalau punya karya bagus kenapa tidak dirilis saja,” ungkap Erros.
Fano si pembetot bass Tresshome berangan-angan para pendengar dan penggemar bisa menikmati album Rumah Pohon, mampu merasakan dan menyebarkan kebahagiaan. Begitupun dengan Erros, dia berharap album perdana Treshome bisa diterima semua kalangan pecinta musik tanpa mengkotak- kotakan genre dan selera.
Dana pun menginginkan, pasca album Rumah Pohon lahir, tumbuh dan meneduhkan banyak orang, semoga Treeshome bisa menjangkau dan tampil di panggung musik lainnya. “Seharusnya momentum usia 9 tahun ini, kami sudah bisa berlari, ini bisa menjadi ladang bermain yang indah. Mudah-mudahan setelah album pertama keluar, Treeshome bisa tampil di panggung-panggung nasional bahkan internasional,” tutup Dana.